BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata “Tuhan” Pada umumnya dipakai untuk merujuk kepada
suatu zat abadi dan supernatural. Bagi rumpun agama sawawi kata tuhan sendiri
biasanya mengacu pada Allah yang diyakini sebagai zat yang maha Sempurna,
Pemilik langit dan bumi yang disembah manusia. Dalam bahasa arab kata ini
sepadan dengan kata robb. Menurut ibnu aisir, tuhan dan tuan secara bahasa
diartikan pemilik, penguasa, pengatur,Pembina, pengurus dan pemberi nikmat.
Kata tuhan disebutkan lebih dari 1000 kali dalam Al-Qur’an sementara didalam
al-kitab kata tuhan disebutkan sebanyak 7677 kali. Dalam monotoisme, biasanya
dikatakan bahwa tuhan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau
jagat raya. Hal ini bisa juga digunakan untuk merujuk kepada beberapa
konsep-konsep yang mirip dengan ini, mesalnya sebuah bentuk energy atau
kesadaran yang merasukiseluruh alam semesta, yang keberadaannya membuat alam
semesta ada. Tidak ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan meliputi
tersme, deisme, panteisme dan lain-lain.
sedangkan tuhan dalam islam tidak hanya maha agung dan maha kuasa namun juga tuhan yang personal : menurut Al-Qur’an, dia lebih dekat pada manusia dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jiga mereka berdo’a padanya. Dan islam menitikl beratkan konsep tualisasi tuhan sebagai yang tunggal yang maha kuasa (tauhid) dia itu wahid dan esa (Ahad).
sedangkan tuhan dalam islam tidak hanya maha agung dan maha kuasa namun juga tuhan yang personal : menurut Al-Qur’an, dia lebih dekat pada manusia dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jiga mereka berdo’a padanya. Dan islam menitikl beratkan konsep tualisasi tuhan sebagai yang tunggal yang maha kuasa (tauhid) dia itu wahid dan esa (Ahad).
Allah SWT
berfirman Qur’an Surat Al-Ikhlas.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud kami member judul makalah ini dengan judul tuhan yang maha
esa agar semua makhaluk meyakini akan adanya Allah yang maha Esa, dengan tujuan
agar tidak menimbulkan konsep tentang katuhanan dan pertentangan yang mengarah
pada munculnya pemikiran-pemikiran seperti Omniteisme, Pandeisme atau filsafat
parenia yang menganggap adanya suatu kebenaran teologis yang mendasari
segalanya yang daimati oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang
berbead-beda. Maka sesungguhnya agama-agama didunia menyembah satu tuhan yang
sama namun melalui konsep dan pencitraan mental yang berbeda-beda mengenai
tuhan.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa itu Tuhan ?
2.
Apa tuhan itu banyak atau satu?
3.
Apa maksud Konsep Ketuhanan?
4.
Mengapa Allah, Tuhan yang satu?
BAB IITUHAN YANG SATU
2.1 Pengertian Tuhan
1. Bank imadudin memberikan
oengertian kata tuhan, bahwa tuhan bercuti segala sesuatu yang paling kita
cinta atau utamakan. Didunia ini tidak seorangpun yang tidak bertuhan walaupun
ada diantara kita yang menyebut dirinya Atheis. Didalam Al-Qur’an tidak dijumpai
kata Atheis atau tidak bertuhan hanya kata Kafir. Atheis tidak sama artinya
kafir. Hal ini disebabkan karena sesungguhnya manusia tidak ada yang tidak
bertuhan, semuanya bertuhan. Hanya saja tuhannya berbeda-beda. Mungkin saja
tuhannya bukan Allah tetapi mungkin
ideology, ataukah politik, ekonomi budaya. Mungkin juga tuhannjya dalah
leluhurnya ataukah Hobby misalnya olahraga, music, nonton bola. Facebook
ataukah kecanduan Merokok, Narkoba. Jadi atheis itu tidak ada, mereka
sebenarnya bertuhan tetapi tuhannya bukan Allah. Iblis saja mengakui tuhan,
bahkan kepercayaannya kepada tuhan melebihi kepercayaan “manusia biasa” karena iblis
bisa berdialog, tetapi iblis tidak taat atau membangkang. Disekitar kita
banyakyang tidak sadar mempertuhankan harta, jabatan atau karir, anak isteri.
Kalau seorang muslim yang konsekuen dengan ikrar yang selalu di ucapkan setiap
saat berupa “sahadatain” maka tuhannya atau lainnya tiada lain kecuali Allah,
hanya Allah yang paling di cintai, yang lainnya nomor dua. Kalau sedang asyik
nonton bola tiba waktu Shalat maka yang di utamakan Shalat. Sekarang kita bisa
ntropeksi diri masing-masing. Apakah
tuhan kita sebenarnya adalah Allah Azzawajalla atau masih ada yang lain seperti
harta, jabatan, hobby, anak isteri, kesenangan dunia, politik dan sebagainya.
Naudzubillaahi mindzalik.
2. Sedangkan menurut Prof Dr Quraisy Shyhab
dalam suatu kesempatan Tanya jawab dengan penulis, mengakatakan bahwa perkataan “nahnu” atau “kami” dipakai bila
tuhan tidak terlibat langsung sendirian dalam suatau objek tetapi melibatkan
Makhluknya, seperti ayat yang menyatakan bahwa “kamukah yang menurunkan hujan
Tuhan tudak langsung dengan tangannya sendiri, tetapi melalui makhluk yang
disebut Matahari, awan, angin” demikian pula Firmannya yang mengatakan bahwa “
kami telah menciptakan kamu, tetapi kenapa kamu tidak membenarkannya (waqiah
57). Penciptaan tidak langsung tetapi melalui proses yang melibatkan ibu,
bapak, manusia dan malaikat. “kami tealh menentukan kemataian diantara kamu dan
kami sekali-kali tidak dapat dikalhkan” (waqiah 60). Kematian manusia
melibatkan makhluk tuhan lainnya “malaikat”, penyakit dan sebagainya. Ayat-ayat
ini menandakan bahwa dalam objek tersebut tuahn tidak sendirian melakukannnya
tetapi melibatkan makhluknya berbeda dengan firman Allah yang menyatakan
“fa’buduni” atau sembahlah Aku” (Thoha 14). Anaa rabbuka “atau” akulah tuhanmu
(Thoha 12) pengertian firan ini adlah menginginkan tidak boleh melibatkan
siapa-siapa dalam hal penyembahan kecuali hanya dirinya sendiri, tidak ada yang
boleh disembah selain dia, tidak boleh melibatkan Makhluk lainnya.
2.2 Definisi Konsep Ketuhanan
Tidak ada kesepakatan bersama menganai
konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan meliputi teisme,
deisme, panteisme, dll. Dalam pandangan teisme, tuhan merupakan pencipta
sekaligus pengatur sehala kejadian di alam semesta. Menurut deisme tuhan
merupakan pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam
semesta. Menurut Panteisme tuhan merupakan alam semesta itu sendiri, para
Cendikiawan menganggap bebagai Sifat-sifat tuhan berasal dari konsep ketuhanan
yang berbeda-beda. Yang paling umum, diantaranya adalah maha tahu (mengetahui
segalanya), maha kuasa (memiliki kekuasaab tak terbatas), maha ada (hadir
dimanapun), maha mulia (mengandungsegala sifat-sifat baik yang sempurna), tidak
ada yang setara dengannya, serta besifat kekal abadi ada satu, serta tidak
terwujud (tanpa materi), memiliki pribadi sumber segala kewajiban moral, dan
hal terbesar yang dapat di renungkan.
Ada banyak nama untuk menyebut tuhan, dan
nama yang berbeda-beda melekat pada gagasan kultular tentang sosok tuhan dan
sifat-sifat apa yang dimilikinya. Atenisme pada zaman mesir kuno kemungkinan
besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah tercatat dalam sejarah
yang mengajarkan tuhan sejati dan pencipta alam semesta yang disebut Aten
kalimat “Aku adalah Aki” dalam Alkitab Ibrani dan “Tetragrammaton” YHVH
digunakan sebagai nama Tuhan. Sedangkan Yahweh dan yehwa kadang kala digunakan
dalam Agama Kristen. Dalam Bahasa Arab nama Allah digunakan dank arena diantara
para penutur bahasa arab, maka nama Allah memiliki konotasi dengan kepercayaan
dan kebudayaan islam. Umat Muslim mengenal 99 nama suci Allah, sedangkan Umat
Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai nama Yang ke-2
dipercaya oleh sejumlah palar berasal dari bahasa mesir kuno, Aten) dalam Agama
Hindu Braham biasanya dianggap sebagai tuhan Monihis. Agama-agama lainnya
memiliki panggilan untuk tuhan di antaranya “ Baha dalam Agama Baha’I, waheguru
dalam sikhisme dan Ahura Mazda dalam Zoroastrianisme.
Banyaknya konsep tentang tuhan dan
pertentangan satu sama lain dalam sifat, maksud dan tindakan Tuhan. Telah
mengarah kepada munculnya pemikiran-pemikiran seperti omniteisme, Pandeisme
atau filsafat Parennial yang menganggap adanya satu kebenaran teologis yang
mendasari segalanya, yang diamati oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang
berbeda maka sesungguhnya Agama-agama didunia menyembah Satu tuhan yang sama,
namun melalui konsep dan pencitraan Mental yang berbeda-beda mengenai
ketuhanan.
2.3 Allah Tuhan yang Esa
Keesaan Allah atau Tauhid berasal dari
bahasa Tauhid bentuk masdar (infinitif) dari kata wahada yang artinya al’itiqad
biwahdaniyatillah (keyakinan atas keesaan Allah) Esa bebrarti satu. Allah tidak
boleh dihitung dengan satu, dua atau seterusnya karena kepadanya tidak layak
dikaitkan dengan bilangan. Seperti yang jelaskan dalam Al-Qur’an (Qs. Al-Ikhlas
: 1-4) Dari ayat ini dijealaskan bahawa Allah itu maha Esa. Keesaan Allah swt
itu menurut M.Quraish Shihab didalam buku aqidah akhlak keesaan Alah mencakup
keesaan Zat, sifat, perbuatan, Serta Keesaan dalam beribadah kepadanya.
Tauhid merupakan Pokok bahasan muslim,
menyamakan Tuhan dengan Ciptaan adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat
diampuni seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan umat muslim percaya bahwa
keseluruhan ajaran islam besandar pada prinsip tauhid yaitu percaya “Allah itu
Esa” dan tidak ada sekutu baginya. Bahkan tauhid merupakan konsep teoritis yang
harus dilaksanakan karena merupakan syarat mutlak setiap muslim.
BAB IVPENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pengakuan akan tuhan telah ada dalam diri
manusia sejak manusia pertamakali diciptakan, ketika masih dalam bentuk roh dan
sebelum dilahirkan ke bumi. Allah menguji keimanan manusia terhadapanya dan
saat itu manusia mengiyakan Allah dan menjadi saksi. Sehingga pengakuan
tersebut menjadikan bawaan alamiah seperti ketika manusia dalam kesulitan,
otomatis akan ingat keberadaan Tuhan.
B.
SARAN
Kita Selaku umat muslim meyakini keesaan
Allah sangat penting ditanamkan dalam hati setiap orang yang mengimani adanya
Allah SWT. Eloh karena itu untuk mendukung ketercapaian keimanan tersebut harus
didukung dengan pemahaman mengenai ilmu tauhid dan cabang-cabang dari ilmu tauhid
agar tidak menimbulkan Konsep ketuhanan.
DAFTAR PUSTAKA
“God” The Ox
ford Companion to philosophy
Aqunas Thomas
(1990) Ignatius Prees
Akidah Akhlak
(MA. X) KEMENAG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar